Alam, Sarana Bermain dan Sumber Belajar

Alam, sarana bermain dan sumber belajar
Alam, sarana bermain dan sumber belajar

AKURATNEWS - Manusia baru menjadi manusia ketika ia bermain dan ketika sedang berpikir. Melalui dua aktivitas tersebut; bermain dan berpikir, eksistensi dan predikat manusia sebagai Homo ludens; makhluk yang bermain, sekaligus sebagai Homo sapiens; makhluk yang berpikir menjadi nyata. 

Untuk bisa bermain dengan sungguh-sungguh (bukan bermain-main), diperlukan peralatan, tempat, dan serangkaian aturan permainan yang perlu dipenuhi dan ditaati.

Sebagai ilustrasi, jika tidak bersungguh-sungguh dalam bermain, bukan tak mungkin apabila ajang pertandingan sepak bola berpotensi berubah menjadi ajang tinju di lapangan.

Dalam konteks pengajaran dan pendidikan di sekolah, pandemi telah mengubah konsep kelas sebagai ruang belajar. Kelas yang semula merupakan ruang publik berubah menjadi ruang privat melalui kelas daring (online). 

Interaksi alamiah dalam proses pembelajaran yang semula terjadi secara langsung, spontan berubah menjadi berjarak dan artifisial dengan memanfaatkan teknologi.

Perlu diingat bahwa dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) yang berkualitas berlaku prinsip, pembelajaran boleh berjarak, tapi interaksi dan komunikasi harus tetap terjalin erat. 

Di tengah pandemi yang belum sepenuhnya tuntas tertangani, fenomena musibah alam berupa gempa, longsor, dan banjir kembali berulang.

Ironinya, musibah yang hadir di setiap musim penghujan ini hampir dapat dipastikan terkait erat dengan isu kerusakan lingkungan akibat perilaku manusia yang cenderung mencederai alam. 

Chapman dkk (2007) dalam bukunya “Bumi yang terdesak” menyatakan bahwa gaya hidup dan pola konsumsi manusia telah mendorong munculnya teknologi yang semakin merusak lingkungan serta memicu perubahan iklim.

Bercermin pada konteks lingkungan hidup yang rentan tertimpa musibah, maka pengajaran dan pendidikan lingkungan hidup perlu sejak dini diperkenalkan kepada anak-anak murid di sekolah, bahwa lingkungan (sekolah) sebagai bagian dari alam semesta merupakan tempat sarana bermain dan sumber belajar bagi anak-anak murid di sekolah sehingga keberadaan dan kelestariannya perlu dijaga dan dirawat. 

Eco Learning Zone

Sekolah sebagai penyelenggara proses pengajaran dan pendidikan perlu memfasilitasi aneka sarana permainan dan media belajar di eco learning zone (ELZ); area lahan terbuka di lingkungan sekolah yang diperlengkapi dengan seperangkat peralatan dan perlengkapan belajar guna menstimulus anak-anak murid guna semakin gemar dan giat dalam belajar (outdoor learning).

Dalam pembelajaran sains, keberadaan eco learning zone menjelma sebagai laboratorium terbuka (alam).  Aktivitas riil yang dapat dilakukan, antara lain adalah kegiatan bercocok tanam.

Misal merancang aktivitas praktikum yang melibatkan peran serta anak murid untuk mengenal keanekaragaman hayati melalui praktik menanam aneka tanaman obat keluarga (toga).

Juga dapat belajar membuat kompos dengan memanfaatkan sampah organik berupa seresah dedaunan yang rontok di lingkungan sekolah. 

Sekiranya sekolah mempunyai lahan terbuka yang cukup luas, sekolah bisa memfasilitasi pembelajaran kewirausahaan (entrepreneurship), misalnya melalui pengadaan kolam budidaya ikan guna anak-anak murid belajar perihal konsep dan siklus kewirausahaan secara komplit; mulai dari siklus pemilihan pakan, pembibitan, panen, hingga proses pemasaran (pascapanen). 

Dalam pembelajaran ilmu sosial, eco learning zone juga dapat menjadi laboratorium sosial dalam upaya pembentukan profil pelajar pancasila; khususnya dalam menumbuhkembangkan semangat bergotong – royong komunitas sekolah dengan cara menggalakkan kerja bakti secara berkala guna membersihkan lingkungan dari aneka ragam sampah yang berpotensi mengganggu keindahan dan kelestarian lingkungan sekolah.

Ringkasnya, keberadaan eco learning zone sebagai ruang belajar terbuka (outdoor learning) dan ruang belajar terpadu (collaborative and integrative learning), akan menghadirkan suasana belajar yang menggembirakan (joyful learning) dan mencerdaskan.

Gembira karena suasana belajar di alam terbuka itu menyegarkan dan menyehatkan dengan sirkulasi udaranya yang bersih. Pula, anak-anak murid bisa berjumpa dan berinteraksi langsung dengan aneka contoh dari materi ajar secara konkret dan hidup. 

Mencerdaskan karena diharapkan nantinya mampu menumbuhkan kesadaran dan perubahan atas pola pikir, sikap, dan perilaku anak-anak murid guna menjadi lebih akrab dan bersahabat dengan alam lingkungan. Alam adalah sarana bermain dan sumber belajar yang perlu dirawat dan dilestarikan.***

Baca Juga