AKURAT News » Ragam » Berikut Hukum Orang yang Meninggal Tapi Belum Bayar Hutang, Yuk Segera Dilunasi Guys!

Berikut Hukum Orang yang Meninggal Tapi Belum Bayar Hutang, Yuk Segera Dilunasi Guys!

Redaksi 25 January 2023

AKURATNEWS – Semua umat Islam bersaudara dan dianjurkan saling tolong-menolong sesama saudara seiman.

Salah satu cara menolong adalah dengan memberi pinjaman kepada saudara yang sedang membutuhkan pertolongan.

Ada hadits yang menganjuran untuk meringankan beban saudara sesama Muslim, salah satunya dengan memberikan pinjaman.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم قَالَ: “مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِما سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاَللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

“Dari Abu Hurairah dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda: Barang siapa yang melepaskan seorang Muslim dari kesusahan dunia, maka Allah akan melepaskan kesusahannya pada hari kiamat, dan barang siapa yang memberikan kemudahan kepada orang yang sedang mengalami kesulitan di dunia, maka Allah akan memberikan kemudahan kepadanya di dunia dan di akhirat, dan barang siapa yang menutupi aib seorang Muslim di dunia, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat, dan Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba itu menolong saudaranya.” (HR At-Tirmidzi).

Namun, Muslim juga harus tahu berbagai masalah dan kemudharatan sering kali muncul akibat utang-piutang.

Maka umat Islam sangat penting mengetahui ilmu dan adab-adab berutang agar tidak menimbulkan kemudharatan.

Manusia harus sebisa mungkin menahan diri untuk berutang sampai benar-benar perlu.

Rasulullah SAW juga senantiasa berdoa kepada Allah SWT untuk memohon perlindungan agar tidak terlilit hutang.

عَن عَائِشَةَ زَوجِ النَّبِيِّ -صلى الله عليه وسلم- أَخبَرَتهُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَدعُو فِي الصَّلَاةِ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِن عَذَابِ القَبرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِن فِتنَةِ المَسِيحِ الدَّجَّالِ وَأَعُوذُ بِكَ مِن فِتنَةِ المَحيَا وَفِتنَةِ المَمَاتِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِن المَأثَمِ وَالمَغرَمِ. فَقَالَ لَهُ قَائِلٌ: مَا أَكثَرَ مَا تَستَعِيذُ مِن المَغرَمِ. فَقَالَ: إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا غَرِمَ حَدَّثَ فَكَذَبَ وَوَعَدَ فَأَخلَفَ

“Dari Aisyah RA, Rasulullah berdoa dalam sholat “Ya Allah aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan terlilit hutang. Lalu ada seseorang yang bertanya: Mengapa Anda banyak meminta perlindungan dari hutang, wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: Sesungguhnya seseorang apabila sedang berhutang ketika dia berbicara biasanya berdusta dan bila berjanji sering menyelisihinya.” (HR Bukhari Muslim).

Lalu apa hukum orang yang meninggal tapi belum bayar hutang? Berikut penjelasannya:

Hukum Orang Yang Meninggal Belum Bayar Hutang
Orang yang berhutang semasa hidupnya, kemudian dia belum melunasi hutangnya sampai dia wafat, maka secara umum keadaannya dilihat pada dua hal:

Pertama. Jika seandainya dia orang yang sanggup membayar, maka dia zhalim ketika menunda hutang, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مطل الغني ظلم

“Penundaan pembayaran hutang oleh orang-orang yang mampu adalah suatu kezhaliman.” (HR.Bukhari, no. 2400).

Kedua. Jika dia tidak mampu membayar hutang (bukan karena tidak mau), maka itu tidak dianggap kezhaliman.
Allah Ta’ala berfirman:

وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَىٰ مَيْسَرَةٍ

“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tangguh sampai dia mampu.”
(QS. Al – Baqarah: 280).

Ahli Waris Membayarkan Hutang Mayit Dari Harta Warisan
Mayit yang memiliki hutang semasa hidupnya, maka pembayarannya ditanggung oleh ahli waris dari harta mayit yang ditinggalkan sebelum warisan dibagikan. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:

مِن بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِي بِهَا أَوْ دَيْنٍ

“(itu dilakukan) setelah ditunaikan wasiat dari harta atau setelah ditunaikan hutang” (QS. An Nisa: 11).

Maka uang peninggalan si mayit wajib digunakan untuk membayar hutang-hutangnya terlebih dahulu sebelum dibagikan kepada ahli waris. Al Bahuti mengatakan:

ويجب أن يسارع في قضاء دينه، وما فيه إبراء ذمته؛ من إخراج كفارة، وحج نذر، وغير ذلك

“Wajib menyegerakan pelunasan hutang mayit, dan semua yang terkait pembebasan tanggungan si mayit, seperti membayar kafarah, haji, nadzar dan yang lainnya” (Kasyful Qana, 2/84).

Sehingga jika pun uangnya sudah habis dan hutangnya masih ada, maka wajib menjual aset-aset milik mayit untuk membayar hutang. Perkara ini sangat penting sekali, agar jangan sampai ahli waris termasuk dalam ancaman:

مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ أَدَاءَهَا أَدَّى اللَّهُ عَنْهُ وَمَنْ أَخَذَ يُرِيدُ إِتْلَافَهَا أَتْلَفَهُ اللَّهُ

“Siapa yang mengambil harta manusia (berhutang) disertai maksud akan membayarnya maka Allah akan membayarkannya untuknya. Sebaliknya siapa yang mengambilnya dengan maksud merusaknya (merugikannya) maka Allah akan membinasakannya” (Hadits shahih. HR. Bukhari, no. 2212).

Hal ini harus diperhatikan ahli waris, termasuk istrinya. Tidak boleh mengambil harta warisan mayit sebelum melunaskan hutangnya.

Jika sengaja tidak membayar hutang, maka ia masuk kedalam kelompok tidak mau membayar hutang. Na’udzubillah min dzalik.***