Harga Obligasi Menguat Diperdagangan Akhir Pekan

Jakarta, Akuratnews.com - Harga obligasi rupiah pemerintah menguat pada perdagangan di penghujung pekan ini. Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang lainnya.

Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.

Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.

Seri acuan yang paling menguat adalah seri FR0064 bertenor 10 tahun mengalami penurunan yield sebesar 5,7 basis poin (bps) menjadi 7,86%.

Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri acuan lain juga menguat yaitu 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun dengan penurunan yield sebesar 2bps, 5,5 bps, dan 5 bps menjadi 7,84%, 8,09%, dan 8,18%.

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.

Indeks tersebut naik 0,65 poin (0,28%) menjadi 236,2 dari posisi kemarin 235,55.

Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 485 bps, menyempit dari posisi kemarin 491 bps.

Yield US Treasury 10 tahun stagnan pada 3,1%.

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 898,57 triliun SBN, atau 37,76% dari total beredar Rp 2.379 triliun berdasarkan data per 29 November.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 34,25 triliun dibanding posisi akhir Oktober Rp 864,32 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 36,68 % pada periode yang sama.

Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar uang. Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di mayoritas pasar yaitu Brasil, China, Malaysia, Filipina, Singapura, Afrika Selatan, dan Indonesia. (Red)

Penulis:

Baca Juga