Lentera Anak Ingatkan Kembali Akan Bahaya Rokok Melalui Puntung

Kampanye yang dilakukan oleh Lentera Anak dengan menggandeng beberapa organisasi, terus melakukan kampanye bahaya rokok dengan menargetkan sejuta puntung rokok yang dikumpulkan dari beberapa wilayah di tanah air.

Jakarta, Akuratnews.com - Rokok masih menjadi permasalahan bagi bangsa yang besar ini. Bukan hanya bagi masyarakatnya yang masih menganut adat istiadat yang kental, regulasi akan rokok-pun masih dinilai masih setengah serius.

Memperingati Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional 2019, menjadi momentum bagi Lentera Anak untuk mengingatkan kembali akan bahaya rokok dengan menggelar kampanye bertema “Kesetiakawanan Untuk Satu Puntung Sejuta Masalah” bertempat di Taman Pandang, Jakarta Pusat, hari ini (21/12/2019).

Kegiatan dihadiri oleh 100 remaja dari 30 komunitas dan organisasi remaja ini bertujuan untuk mengkampayekan bahaya perilaku merokok di kalangan remaja dan membangun kesetiakawanan mereka untuk saling mendukung dan bekerja sama menerapkan gaya hidup sehat untuk mencegah penyakit tidak menular.

Lentera Anak dan Yayasan GAGAS bekerjasama dengan Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) dan AstraZeneca melalui Program Kesehatan Remaja (Young Health Programme) untuk mengatasi faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) di kalangan remaja yang berfokus pada penggunaan tembakau dan kampanye anti rokok, konsumsi alkohol yang berbahaya, diet tidak sehat, dan kurangnya aktifitas fisik/olahraga yang dapat menyebabkan PTM di kemudian hari.

Ketua Lentera Anak Linda Sundari mengatakan, kampanye dimulai dengan pengumpulan puntung rokok, yang dilakukan peserta pada saat perjalanan menuju tempat kegiatan atau di tempat umum yang sudah ditentukan di sekitar tempat kegiatan.

"Pengumpulan puntung rokok ini merupakan simbol dan pengumpulan fakta tentang banyaknya orang yang merokok dan permasalahan yang ditimbulkannya," katanya, Sabtu (22/12).

Salah satu permasalahan itu, kata Lisda, adalah masalah banyaknya konsumsi zat adiktif rokok. Pada tahun 2017 WHO mencatat ada 7,2 juta kematian yang disebabkan konsumsi rokok di negara berkembang salah satunya Indonesia. Indonesia berada di urutan ke-3 konsumsi rokok paling banyak di dunia. Perokok usia remaja  10-18 tahun di Indonesia setiap tahun meningkat.  Pada 2013, angkanya  7,2%, dan naik menjadi 9,1% pada 2018, padahal Rencana Pembangunan Jangka Menengah tahun 2019 menargetkan turun menjadi 5,4%.

"Yang sangat mengkhawatirkan, industri  rokok memproduksi rata-rata 338 miliar batang rokok untuk memenuhi adiksi lebih dari 90 juta perokok aktif di Indonesia. Sehingga masyarakat terus-menerus terjerat candu rokok dan menyebabkan berbagai penyakit katastropik bahkan kematian. Termasuk juga hilangnya produktivitas karena sakit yang kerugiannya mencapai 596 Triliun," ujarnya.

Sejalan dengan itu, Citra Demi Karina, Koordinator YHP Lentera Anak, menegaskan bahwa puntung rokok adalah masalah akses zat adikif yang mudah.

"Hampir semua warung dan toko menjual rokok dengan harga murah dan batangan, termasuk sekitar sekolah. Ada 7 dari 10 tempat penjual yang memajang spanduk atau poster yang mempromosikan iklan rokok. 59% remaja membeli rokok di warung/toko tidak pernah ditolak karena usianya. Sehingga siapapun termasuk anak-anak dapat membeli rokok di mana saja, dengan uang sakunya, sekitar 1000 rupiah per batang," tegas Citra.

Selain menyuarakan bahaya konsumsi rokok, sejumlah perwakilan anak muda berbagi informasi dan pengalaman tentang Penyakit Tidak Menular, Kesehatan Mental, dan “Gaya Hidup Sehat, Keputusanku”. Mereka saling mendukung dan bekerjasama untuk membangun kesetiakawanan dalam menerapkan gaya hidup sehat untuk mencegah penyakit tidak menular.

Penulis:

Baca Juga