Revitalisasi Peran Strategis Perguruan Tinggi Dalam Menjaga Paham Radikal di Dunia Kampus

Penulis : Herli Antoni, Presiden Mahasiswa BEM KBM Universitas Pakuan.

Indonesia adalah negara yang sangat luas dengan gugusan pulau terbanyak di dunia, dengan garis pantai terpanjang, dengan keanekaragaman hayatinya yang sangat indah serta flora dan fauna yang tidak mungkin bisa di sebut satu persatu. Indonesia adalah negara yang sangat pluralistik terbukti dengan ragam bahasanya, budayanya, kepercayaan untuk memeluk agamanya dan masih banyak lagi.

Dari sini lah Indonesia di persatukan dalam Bhineka Tunggal Ika, sungguh bukan suatu yang mudah di lakukan mempersatukan keragaman Budaya, Ras, Agama, dan Bahasa namun Indonesia mampu melakukannya.

Kita kembali ke masa lampau dimana tongga Indonesia bisa di persatukan yang memiliki sejarah yang sangat panjang. Dimana kala itu masih di jajah oleh kolonialisme, banyak darah yang bertumpah, banyak nyawa yang melayang, harkat dan martabatpun nampak tidak ada, namun perlahan Indonesia mulai bangkit yang di pelopori oleh para pemuda, Indonesia, memiliki aset yang sangat luar biasa yaitu pemuda.

Pemuda Indonesia memiliki sejarah yang sangat panjang dan memiliki hubungan yang sangat erat dengan kemerdekaan bangsa ini.

Sejak itu tahun 1908 para pemuda mulai membicarakakan keberlangsungan bangsa ini dan memiliki cita-cita serta impian yang sama. Dengan membuat perkumpulan dan terbentuklah, saat itu kelompok Budi Utomo dari menyusun pemikiran untuk kemerdekaan nusantara. Disinilah awal para pemuda berpikir bagaimana nantinya keberlangsungan bangsa kita Indonesia, para pelopor, penggerak organisasi ini tidak bisa di lepaskan dari pemikiran pemudanya.

Para pemuda terus memiliki peran yang sangat strategis dalam proses berjalanya bangsa ini, 1928 para pemuda mulai berkumpul dan mengucapkan sebuah ikrar yang sampai saat ini sering kita kenal dengan sebutan Sumpah Pemuda, dimana sumpah ini menjadi semangat baru bagi para pemuda. Mereka bersatu dengan mengadu konsepsi pemikiran. Saat itu pada akhirnya para pemuda bertikai dengan golongan tua dan pemuda menculik Bung Karno dan Hatta untuk memproklamirkan bangsa ini.

1945 lagi-lagi pemuda tidak bisa lepas peranan melihat pergerakan para pemuda saat itu setelah melewati proses yang cukup panjang bangsa ini memproklamasikan kemerdekaannya tidak sampai di situ saja pemuda terus bergerak dari 1966, 1976, 1998, hingga saat ini.

Di era globalisasi dimana segala sesuatu bisa dilakukan dengan mudah karena di bantu oleh perkembangan teknologi  yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap perkembangaan zaman saat ini. Serta media sosisal bagaikan pisau bermata dua karena jika salah menggunakannya maka akan menjadi boomerang bagi diri sendiri, dan posisi pemuda saat ini juga tidak bisa lepas dari perkembangan media banyak pemuda yang mulai nyaman dan menikmati hegemoni sementara ini, sehingga dia lupa fungsi pemuda itu sendiri.

Semakin majunya zaman semakin membuat pemuda luntur dalam setiap sikap yang seharusnya di ambil, kita tau bahwasanya peranan pemuda sangat di butuhkan apa lagi rakyat bergantung pada suara-suara lantang para pemuda, situasi saat ini juga menjadi tugas penting bagi para pemuda melihat kerukunan rakyat Indonesia yang di bingkai Bhenika Tunggal Ika mulai di rongrong oleh sebagian bahkan sekelompok yang ingin menanamkan paham paham radikal.

Kondisi pemuda saat ini memang memasuki masa kritis dimana pemuda mulai apatis dan sering bersifat pragmatis, sudah tidak lagi berpikir akan berbuat apa untuk negeri ini malah sebaliknya hanya berpikir hidup ini harus dinikmati saat ini dan nanti untuk diri sendiri, sehingga sifat apatis tumbuh subur dalam setiap jiwa para pemuda, ini menjadi tantangan yang sangat berat bagi para pemuda apa lagi tantangannya bukan hanya satu melainkan banyak hal terutama teknologi dan radikalisasi.

Berbicara radikal sebetulnya bukan hal baru di kalangan pemuda apa lagi di kalangan aktivis karena proses berpikir radikal adalah cara mereka berpikir disini adalah proses belajar yang sampai menyentuh akar dari pelajaran itu, sehingga mereka sering belajar menggunakan metode yang tidak jarang di anggap aneh oleh kebanyakan orang makanya kata radikal sudah tidak asing lagi di kalangan pemuda atau mahasiswa,

Tapi yang menjadi permasalahan bukan kata radikal melainkan radikalisme dimana sekarang Indonesia mulai di rongrong baik itu dari dalam maupun dari luar posisi Indonesia memang bisa dibilang genting karena situasi ini sangatlah sentral apalagi paham radikalisme sudah mulai menjamur di negeri ini, pemuda adalah target utama dalam menanamkan pemahaman ini karena pemuda yang notabine sebagai mahasiswa biasanya masih proses pencarian jati diri sehingga sangat gampang terpengaruh dan terjerumus dalam paham ini.

Penggerak paham radikalisme, memang sudah memasuki dunia akademis dimana perguruan tinggi, menjadi sasaran empuk bagi mereka yang memanfaatkan kondisi mahasiswa yang terkesan polos dan pemahaman agama yang masih rendah sehingga doktrinisasi mengatas namakan agama sangat mudah di lakukan. Doktrinisasi agama merupakan senjata paling ampuh dan paling sering di gunakan padahal radikalisme bukan tentang agama melainkan tentang politik dan kekuasaan namun banyak masyarakat yang memandang bahwa radikalisme adalah tentang agama, justru ini harus di bantah dengan keras karena agama adalah alat mereka untuk melakukan doktrinisasi.

Paham radikal masuk melewati kantong-kantong mahasiswa melalui pola diskusi dimana dari diskusi ini lah para penggerak menyentuh emosional peserta diskusi biasanya diskusi bertemakan sosial dan kondisi Indonesia hari ini sehingga mereka akan mengupas secara gamblang permasalahan yang ada tentunya dengan satu sudut pandang saja sehingga tidaklah dapat di pertanggung jawabkan kebenaran dari materi diskusi yang di bahas karena validitas data yang sangat kurang, selain membahas terkait sosial biasanya tahap selanjutnya adalah pembahasan terkait ideologis yang ada dan proses pembandingan mulai terjadi disini peserta diskusi semakin penasaran dengan tema yang semakin hari semakin menyentuh emosi dan decak kagum karena narasumber yang cukup mahir dalam retorika dan dealitika yang aktif dari sini perekrutan anggota diskusi mulai di lancarkan.

Pemahamaman ideologi yang orientasi dan syarat sekali dengan radikalisme menusuk jantuk tombak perubahan yaitu kalangan pemuda dimana kondisi pemuda yang labil dan secara sikologi sedang mencari jati diri di manfaatkan oleh kelompok radikal apa lagi pemahaman agama yang masih terbilang rendah sangat muda di doktrinisasi, melihat riset yang di lakukukan oleh Lipi perguruan tinggi yang berbasis agama sangat sedikit yang terdeteksi ada pergerakan paham radikal di dalamnya, sedangkan kampus umum yang pluralistik justru sangat besar perkembangannya, maka dari itu dapat di tarik kesimpulan bahwa saat ini kondisi dan situasi mahasiswa yang lemah akan pemahaman agamanya di maanfaatkan oleh kelompok paham radikal.

Hari ini gejolak horizontal sering terjadi di Indonesia masalah yang timbul hanyalah masalah kebhinnekaan yang dahulu permasalahan kebhinnekaan sudah mulai berkurang dan sekarang di angkat kembali dan Bhinekaan Tunggal Ika mulai di uji kembali, dari sini terlihat jelas ada kelompok yang menginginkan kesatuan negeri ini di goyahkan.

Dari permaslahan yang ada maka ada beberapa poin solusi untuk menangkal paham radikal tumbuh subur d lingkungan  perguruan tinggi paham ideologis radikal tidak bisa di lawan dengan wacana semata apa lagi tindakan refresif aparat justru hal tersebut tidak akan mendapakan solusi, melainkan permasalahan ediologis harus dilawan dengan kontra ediologis juga dengan beberapa cara diantaranya,

Meningkatkan fasilitas belajar keagamaan yang proporsional

Kampus berkala mengupayakan penyebaran agama dengan suasana terbuka

Revitalisasi organisasi kemahasiswaan sesuai dengan semangat Pancasila dan statuta perguruan tinggi masing masing

Revitalisasi mata kuliah terhadap 4 pilar berbangsa dan bernegara

Menguatkan wawasan kebangsaan bagi para mahasiswa.

Maka dari itu di pandang penting apa lagi mahasiswa sebagai kaum intelektual memiliki tugas dan peran sebagai agen perubahan mulai mengeratkan kembali persatuan dan kesatuan, sama sama melawan paham radikalisme dan menjunjung tinggi kesatuan negara Republik Indonesia.

Pemuda sebagai agen perubahan memiliki beban moral dan tanggung jawab yang sangat besar apa lagi demi kemajuan bangsa ini sudah seharusnya kita sebagai generasi muda tidak lagi membicarakan apa yang bangsa ini beri tapi kontribusi apa yang bisa kita perbuat untuk negeri ini.

Penulis:

Baca Juga