Rokhmin Dahuri: Kemajuan Teknologi Timbulkan Kesenjangan Sosial yang Makin Tajam
Jakarta, Akuratnews.com - Revolusi industri yang ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi telah melahirkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun, pesatnya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang ditopang sistem ekonomi kapitalis tersebut telah memicu kesenjangan sosial yang semakin dalam. Pendapatan per kapita di dunia juga melonjak tajam jika dibandingkan sebelum terjadi revolusi industri terjadi.
Hal tersebut dikatakan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Prof Rokhmin Dahuri saat menjadi pembicara pada International Conference on Engineering, Design and Environmental Sustainability (ICEDES 2020) yang diselenggarakan Universitas Pancasakti Tegal, Jawa Tengah secara virtual, Senin 30 November 2020.
“Hal ini disebabkan jumlah kekayaan yang terkonsentrasi pada sejumlah kecil orang kaya. Di sisi lain, kerusakan lingkungan yang parah akibat industrialisasi tak ramah, juga mengancam kehidupan umat manusia di muka Bumi ini,” ujar Rokhmin Dahuri.
Berdasarkan data, tambah Rokhmin, sejak tahun 2015, 55 negara yang terdiri dari 34 OECD dan 21 non-OECD, telah menjadi negara berpenghasilan tinggi atau kaya dengan PDB per kapita > US $ 11.750. Kemudian, 103 negara berpenghasilan menengah dengan PDB per kapita: US $ 2.000 -US$ 11.750), dan 36 negara masih berpenghasilan rendah atau negara miskin dengan PDB per kapita.
Rokhmin menerangkan, sejak Revolusi Industri (1750-an) ekonomi dunia telah berkembang pesat sebesar 3%- 4% per tahun, dari PDB sekitar US $ 0,45 triliun per tahun menjadi US $ 90 triliun per tahun pada tahun 2015. Padahal, sebelum Revolusi Industri 1750, kebanyakan negara di dunia adalah orang miskin.
“Maka, sejak saat itu jumlah dan persentase penduduk miskin dunia terus menurun,” tutur mantan Menteri kelautan dan perikanan dijaman Megawati tersebut.
Kemajuan teknologi, yakni Revolusi Industri-1 hingga Revolusi Industri-4 sangat fenomenal yang membuat hidup manusia lebih sehat, mudah, cepat, dan nyaman. Meski demikian, ujar Ketua Bidang Kelautan dan Perikanan DPP PDI Perjuangan itu sistem ekonomi kapital menemui kegagalan yang, kemajuan teknologi dan pesatnya industrialisasi justru menimbulkan kesenjangan sosial yang makin tajam.
“Merujuk data Bank Dunia 2016, sekitar setengah dari populasi dunia masih miskin, karena hanya menghabiskan. Terjadi distribusi pendapatan [kekayaan] yang sangat tidak merata baik di dalam negara maupun antar negara. Tak pelak, degradasi lingkungan yang masif dan terus meningkat misalnya polusi, penangkapan ikan berlebihan, deforestasi, hilangnya keanekaragaman hayati, dan perubahan iklim global, mengancam kapasitas berkelanjutan dari banyak ekosistem alam,” jelasnya.
Menurut Prof Rokhmin, kegagalan sistem ekonomi kapitalis juga ditandai oleh perusakan sosio-kultural yang menciptakan keresahan sosial, kehidupan yang penuh tekanan, kriminal dan garis sosial lainnya, radikalisme, dan terorisme. Di sisi lain, juga memicu perpindahan besar-besaran para migran dari negara-negara miskin (kurang berkembang) dan berkonflik (perang) misalnya beberapa negara Afrika, Suriah, dan Rohingnya, ke negara-negara yang lebih maju, makmur, dan damai.
Selain itu mucul persaingan yang semakin tidak adil dan destruktif antar negara, seperti perang dagang AS vs China, Brexit, dan meningkatnya populisme (proteksionisme). “Yang mana pertumbuhan dan pembangunan ekonomi tidak berkelanjutan ini tercermin dari krisis ekonomi yang berulang, dan pertumbuhan negara maju mulai melambat atau negatif sejak satu dekade terakhir,” tandasnya.
Komentar