Sebut Kemendag Kacaukan Data, Pengamat: Mereka Bermain Importasi

Salamudin Daeng (pojok kanan) dalam diskusi bertajuk 'Impor Pangan Kebutuhan Siapa ?' di Hotel Mega Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (6/12/2018). Foto: Yusuf Tirtayasa/Akuratnews.com

Jakarta, Akuratnews.com - Pengamat Kebijakan Publik dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamudin Daeng mengatakan Kementerian Perdagangan (Kemendag) diduga telah melakukan skandal impor terutama pada produk pertanian. Ia menuturkan terdapat selisih atau margin dari data impor beras di 2018 yang mencapai 40 persen.

Menurutnya, hal tersebut terjadi lantaran adanya dissorientasi terhadap ketahanan pangan nasional. "Kemendag pasti punya orientasi tersendiri bilang kita butuh impor, karena datanya dibuat kacau," ujar Salamudin dalam diskusi bertajuk 'Impor Pangan Kebutuhan Siapa ?' di Hotel Mega Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (6/12/2018).

"Ini sengaja dikacaukan supaya mereka bisa bermain dalam melakukan importasi," tukasnya.

Daeng menegaskan kebijakan impor mempunyai dampak langsung terhadap kegiatan ekonomi di dalam negeri. Impor, tutur dia, otomatis akan membuat disinsentif kegiatan usaha di dalam negeri.

"Kalo terkait dengan impor produk pertanian atau pangan maka dia akan menjadi disinsentif untuk petani, dan itu semua orang tahu kalo impor ini pasti akan menghancurkan sumber pendapatan masyarakat di dalam negeri," terang Daeng.

Apalagi, lanjut dia, kebijakan impor dilakukan terhadap barang-barang yang bisa dihasilkan sendiri. "Seharusnya enggak perlu impor (karena) bisa kita produksi sendiri, tapi dipaksakan. Ini berarti ada sesuatu yang besar sekali di situ," pungkasnya.

Seperti diketahui, Pemerintah berencana mengimpor beras pada Januari 2019. Keputusan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan No 1/2018, dimana sebanyak 500 ribu ton beras akan diimpor untuk menutupi stok pangan di tahun 2019. (Ysf)

Penulis:

Baca Juga