Elektabilitas Rendah di Jateng Diyakini Sebab Wacana Pemindahan Markas Prabowo-Sandi

Prabowo melambaikan tangan pada ribuan simpatisan yang mengaraknya menuju KPU. Foto: Yusuf Tirtayasa/Akuratnews.com

Jakarta, Akuratnews.com - Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai wacana pemindahan markas Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga ke Jawa Tengah (Jateng) adalah ide yang cerdas. Namun, hal itu tidak mudah untuk dilaksanakan.

"Dari konteks strategi ide tersebut positif, tapi belum tentu efektif," kata Karyono dalam keterangan tertulis yang diperoleh, Jumat (14/12/2018).

Pihaknya meyakini dari aspek manajemen organisasi, wacana pemindahan markas BPN bisa menimbulkan sejumlah masalah. Dintaranya masalah koordinasi dan mobilisasi tim serta persoalan teknis lainnya.

Baca juga: Rebutan Suara Jateng kian Frontal, Tim Prabowo Bermarkas di Dekat Rumah Jokowi

Di sisi lain, ujar Karyono, secara umum dapat dilihat bahwa wacana pemindahan markas BPN ke Jateng adalah bagian dari strategi besar kubu Prabowo-Sandi untuk menggempur basis pertahanan Jokowi-Ma'ruf. Jateng sendiri notabene merupakan 'kandang banteng' dan nahdliyin.

Terlebih, Pulau Jawa merupakan kunci kemenangan sebagai wilayah dengan jumlah pemilih terbesar. "Mungkin strategi pemindahan markas BPN tersebut bertujuan untuk menambah dukungan suara Prabowo-Sandi, karena mereka menyadari elektabilitas pasangan capres nomor urut 02 tersebut masih sangat rendah di Jawa Tengah," sebut Karyono.

Dia menilai BPN Prabowo-Sandi ingin mempertipis kekalahan di Jawa Tengah dan juga di Jawa Timur yang menjadi basis Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan PDI Perjuangan. Sedangkan di Jawa Barat, kubu Prabowo sudah merasa aman.

Baca juga: Kampanye Sandiaga Uno ke Pasar Labuhanbatu Diwarnai Poster Dukungan Untuk Jokowi

"Padahal belum tentu juga. Karena berdasarkan sejumlah hasil survei terbaru, elektabilitas dua pasangan Capres posisinya imbang," ungkapnya.

Sementara itu, dari konteks efektifitas, Karyono menjelaskan jika terlalu terkonsentrasi di Jateng, justru akan menguras energi kubu Prabowo-Sandi. Sebab, Jateng adalah basis pemilih ideologis nahdliyin dan nasionalis yang sangat loyal pada PDI Perjuangan, PKB dan juga Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Belum lagi ditambah dengan suara partai Golkar, Nasdem dan Hanura. Menurutnya, tidak mudah memengaruhi pemilih loyal yang berbasis ideologis untuk migrasi ke kandidat lain.

"Menurut saya, strategi yang efektif adalah mengamankan lebih dulu daerah yang menjadi basis pemilih (Prabowo-Sandi) terbesar, baru kemudian membidik pemilih mengambang (swing voters), dan terakhir baru menggempur basis lawan," pungkasnya.

Penulis:

Baca Juga