Aksi Jual Menggerus IHSG, Terburuk Di Kawasan

IHSG
IHSG

Jakarta, Akuratnews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang dibuka melemah 1,05% pada level 5.942,2 pada perdagangan hari Rabu (21/11), semakin lebar pelemahannya menjadi 1,08% ke level 5.940,66.
Jatuhnya IHSG sejalan dengan penurunan yang terjadi di bursa saham regional. Pun demikian, kinerja IHSG dapat dikatakan yang paling buruk. Indek Nikkei turun 0,62%, indek Shanghai turun 0,34%, indek Hang Seng turun 0.65%, dan indek Kospi turun 0,9%.

Indek bursa tertekan sejak awal perdagangan oleh sentiment Wall Street yang berakhir minus tadi malam. Pada dini hari tadi, indeks Dow Jones ditutup anjlok 2,21%, S&P 500 anjlok 1,82%, dan Nasdaq anjlok 1,7%.
Aksi jual melanda bursa setelah harga saham saham Apple terpangkas 4,78% dan mendorong jatuhnya saham teknologi lainnya. Amazon turun 1,11%), Netflix turun 1,34%), Microsoft turun 2,78%, dan Intel turun 1,27%.

Saham Apple terus dilepas investor menyusul laporan dari Wall Street Journal yang menyebut perusahaan tersebut telah memangkas produksi untuk 3 seri iPhone terbaru yang diluncurkan pada September lalu, seperti dikutip dari Reuters. Permintaan yang lebih rendah dari ekspektasi merupakan salah satu alasan perusahaan memangkas produksi dari iPhone XS, iPhone XS Max, dan iPhone XR.

Kemudian, perang dagang AS-China yang kian panas juga memicu aksi jual di bursa saham regional. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) yang baru saja berakhir gagal menghasilkan sebuah komunike. Ini merupakan yang pertama kalinya dalam sejarah APEC.

Pihak China menuding AS memaksakan kehendak dan ingin membenarkan praktik proteksionisme untuk masuk dalam salah satu poin komunike APEC. Menurut Beijing, Washington menjadikan APEC sebagai arena untuk melampiaskan amarah. China pun terpaksa masuk ke arena pertandingan tersebut.

"Ada satu negara yang memaksa memasukkan ide mereka ke teks yang harus disepakati pihak-pihak lain, membenarkan proteksionisme dan unilateralisme. Tidak mau menerima masukan dari China dan negara-negara lainnya," tegas Wang Yi, Penasihat Negara China, seperti dikutip Reuters.

AS membantah tuduhan itu. Gedung Putih menilai China 'memelintir' fakta yang sebenarnya. "Ada 20 dari 21 negara yang siap menandatangani komunike, hanya China yang tidak bersedia. Kami berusaha menyelesaikan ini, tetapi mereka tidak mau," kata seorang pejabat pemerintah AS kepada Reuters.

Perkembangan teranyar, United States Trade Representative (USTR) pada hari Selasa (20/11/2018) mengatakan bahwa China telah gagal untuk mengubah praktik-praktik tidak adil di bidang kekayaan intelektual dan transfer teknologi yang menjadi salah satu alasan AS membebankan bea masuk baru bagi importasi produk-produk asal China.

"Tinjauan baru ini menunjukkan bahwa China belum secara fundamental merubah praktik-praktik yang tidak adil, tidak beralasan, dan menganggu keseimbangan pasar yang merupakan inti dari laporan pada Maret 2018 mengenai investigasi "Section 301"." Tulis USTR dalam pernyataannya. (LH)

Penulis:

Baca Juga